Cendekia Didirikan
Wednesday, November 30, 2016
Add Comment
MENGAPA CENDEKIA DIDIRIKAN ?
1.
Ingin
dibanggakan oleh guru :
Alhamdulillah, bila saya
bertemua dengan guru-guru SD, di SDN dasan Menak, guru Tsanawiyah dan Aliyah
saya di Darussholihin, beliau-beliau itu bilang saya bangga punya murid seperti
anda, anak kampung, pengarat sapi anak petani yang hanya tamat SD bisa menjadi
doktor dan gelar akademiknya banyak sekali. Saya jawab berkat bimbingan
Bapak/Ibu. Tetapi sekalipun saya sudah doktor tetapi Maulana Syaikh sebagai
guru besar warga Nahdlatul Wathan, belum bangga kepada muridnya bila belum
mendirikan madrasah/pondok pesantren. Tahun 1992, satu bulan setelah tamat
kuliah di FKIP Universitas saya mulai mengajar di MA Mu’allimin Pancor, Januari
1993, saya menjadi dosen di STKIP Hamzanwadi, dan Juli 1993, saya menjadi dosen
di STIT Hamzanwadi Pancor. Di madrasah dan perguruan tinggi ini, saya bertemu
dengan tiga orang guru organisasi saya, yakni Almarhum TGH. Abdul Hayyi Nu’man,
Almarhum TGH. Syihabuddin Rahman, dan Bapak H. Sahafari Asy’ari. Ketiga beliau
tersebut tidak pernah mengajar saya di kelas karena saya tidak pernah sekolah
di Pancor. Saya hanya abituren NW melalui Pondok Pesantren Darussholihin NW
Kalijaga. Tetapi saya belajar banyak tentang organisasi Nahdlatul Wathan dari
ketiga beliau. Satu saat TGH. Syihabuddin Rahman bilang ke saya, “Pak Mugni,
kami angkatan-angkatan awal NWDI belum merasa lengkap (sempurna) pengabdian
kami kepada Maulana Syaikh sebelum bisa mendirikan madrasah sekalipun
kecil-kecil. Alhamdulillah, saya sudah punya madrasah, Pak Hayyi juga sudah
punya, Pak Sahafari juga sudah punya karena Maulana sangat bangga kepada
muridnya yang dapat mendirikan madrasah. Bila ada muridnya yang melapor akan
mendirikan madrasah sekalipun beliau sedang sungkan (sakit) maka beliau pasti
cingah (bangun/seger) dan mendoakan serta bilang, “Saya akan datang ke
tempatmu.” Sejak saat itu saya juga bercita-cita mendirikan madrasah. Bila
tidak sampai mendirikan maka saya akan ikut membantu mendirikan sekalipun hanya
sekedar mengetik atau megantar proses administrasinya. Alhamdulillah untuk yang kedua ini setelah saya tamat kuliah di
Unram, beberapa sekolah yang ada di Darussholihin, sepeti SMA, M.Ts NW Kalijaga
Selatan, SMK, SDI, dan TK, saya termasuk yang menggagas dan mengurus seluruh
proses perijinannya sehingga terdaftar di instansi pemerintah. Termasuk seluruh sekolah/madrasah/perguruan
tinggi yang ada di Pondok Pesantren Syaikh Zainuddin NW Anjani, sayalah yang
mengonsep/mengetik proposal dan mengurus ijinnya dibantu oleh beberapa orang
teman di bawah kontrol saya, di antaranya Pak Hambali, Dedy, Ujang, Mahrun,
Sahnam, Apeng, Muzaiyin, dan lain-lain. Setelah saya tamat S.3 dan meraih gelar
doktor Maret 2012, keinginan saya untuk mendirikan madarsah/pondok pesantren
semakin meningkat. Tetapi madarash/pondok yang saya akan bangun sedapat mungkin
ada tradisi Maulana Syaikh yang dapat diikuti. Dari hasil kajian saya selama
ikut menjadi pengabdi di NW, sedikitnya
2 hal yang saya temukan:
a) Maulana Syaikh mendirikan NWDI/NBDI dengan
modal awal sendiri. Seluruh tanah yang ada di Pancor itu milik Maulana Syaakh
bukan wakaf individu/amal jamaah;
b) Maulana
Syaikh mengurus ijin NWDI dulu ke
pemerintaha Hindia Belanda baru meresmikan. Ijin NWDI, tanggal 17 Agustus 1936
dan Maulana Syaikh meresmikan berdirinya NWDI 22
Agustus 1937.
2. Sebagai
tempat menuntut ilmu (bersekolah), berwirausaha, dan berwisata
3. Memberikan/membuat
jawaban atas penyataan yang sering saya ungkapkan bahwa orang NW harus anak-anaknya pernah sekolah di
sekolah/madarsah NW
4. Mendirikan
pondok pesantren yang mengacu pada teori pesantren bahwa dalam pesantren itu
minimal ada 5 elamen, yakni kiyai/tuan guru/guru; santri, pondok/asrama, kajian
kitab dan masjid/santren.
5. Sebagai
tempat pengembangan ilmu dan teknologi
6. Melestarikan dan memanfaatkan potensi lokal untuk mencetak
santri dan pondok pesantren mandiri;
Mungkin bapak/ibu/sementon
jari bertanya mengapa namanya.....Cendekia...Lutviyah....Murni....Nahdlatul
Wathan.......
0 Response to "Cendekia Didirikan"
Post a Comment