Riwayat Ummi Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid

Ummi Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid  tidak banyak dikenal oleh halayak. Belaiu dikenal sebagai putri Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Ulama karismatik kelahiran Lombok, pendiri Nahdlatul Wathan dan namanya sangat harus di Tanah Sici Makkah karena prestasinya saat menjadi santri di Madrasah Sholatiyah Makkah al-Mukarromah. Banyak orang NW tidak mengenal umi karena beliau tidak pernah muncul di publik. Bila ada acara-acara besar di Nahdlatul Wathan umi tidak pernah menampilkan diri.
Umi menjadi fenomenal setelah terpilih menjadi  Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan pada Muktamar ke-10 di Praya Lombok Tengah pada tahun 1998. Kemunculan Umi sebagai Ketua Umum PBNW tidak pernah dipredikasi banyak orang. Di samping itu, kehadiranya sebagai Ketua Umum PBNW ditolak oleh Saudaranya sendiri Hj Siti Rauhun dan sebagian besar misan-misannya. Kehadiran Umi, sebagai Ketua Umum PBNW ini juga membuat dialisme kepemipinan di NW, jamaah NW menjadi terbelah tiga, yakni mendukung Umi, menolak Umi, dan netral. Banyak peristiwa terjadi dalam kepemimpinan Umi sebagai Ketua Umum PBNW. Untuk itu, agar peristiwa-peritiwa  tersebut bias direkam sekaligus menjadi niktibar bagi generasi Nahdlatul Wathan pada masa yang akan datang dipandang perlu untuk menulis buku biografi Umi.


Maulansyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid dilahirkan di Kampung Bermi Pancor Lombok Timur pada tanggal 17 Rabi’ul Awal 1316 H (1898 M). Nama kecil beliau Muhammad Saggaf. Nama tersebut diberikan oleh ayah beliau sendiri, yaitu Tuan Guru Haji Abdul Madjid dengan latar belakang bahwa 3 (tiga) hari sebelum beliau dilahirkan TGH. Abdul madjid didatangi oleh duan orang waliyullah masing-masing dari Hadlramaut dan Magrabi. Kedua waliyullah itu secara kebetulan mempunyai nama yang sama, yakni “Saggaf”. Kedua wali itu berpesan kepada TGH. Abdul Madjid bahwa anaknya yang akan lahir itu supaya diberi nama “Saggaf” yang artinya” tukang memperbaiki atap “. Kata “Saqqaf” diindonesiakan menjadi “Saggaf” dan untuk dialek bahasa sasak menjadi “Segep” dan masa kecilnya beliau sering dipanggil dengan “Gep.”
Setelah menyelesaikan pendidikan di Madrasah Sholatiyah, beliau mengaji pada ulama-ulama besar yang membuka khalakah di Masjidil Haram. Setelah didesak oleh guru-guru beliau di Madrasah Sholatiyah maka beliau kembali ke Lombok merintis perjuangan.
Setiba di daerah kelahiran beliau dipanggil oleh masyarakat Lombok dengan Tuan Guru Bajang (Kiyai Muda), yang pada tahap selanjutnya beliau juga di panggil dengan Tuan Guru Pancor; Maulana Syaikh; Dato’ Pancor; Abu Rauhun Wa Raihanun, dan Abul Madaris wal Masajid. Kegiatan awal yang dilakukan oleh beliau adalah mendirikan Pondok Pesantren Al-Mujahidin Pancor pada tahun 1934, dilanjutkan dengan mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah pada tahun 1937, mendirikan Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) pada tahun 1943, dan mendirikan Organisasi Nahdlatul Wathan pada tahun 1953.
Sebagai manusia biasa, Maulana Syaikh menikah dengan……………. Dalam perkawinan tersebut Maulana Syaik hanya mendapat dua orang putri, yakni Hj Sitti Rauhun dari istri beliau Hj. Sitti Johariyah dan Hj. Sitti Raihanu dari istri beliau Hj. Rahmah. Itulah sebabnya beliau juga dipanggil dengan Abu Rauhun wa Raihanun (Bapak Rauhun dan Raihanun).
Kedua putri beliau, sama-sama menikah dua kali, yakni Hj. Sitti Rauhun menikah dengan H. Jalaluddin, S.H. dan mendapat 5 orang putra-putri, yakni (1) ir. Hj. Sitti Rahmi  Jalilah, M.Pd;  (2) H.M. Syamsul Lutfi, S.E.,M.Si.; (3) Dr. TGH. Zainul Madjdi, MA.;  (4) Jamaluddin, MA;  dan (5) Sitti Soraya. Karena satu dan lain hal beliau bercerai dan menikah kembali dengan Drs. H. M. Syubli dan mendapat seorang putri, yakni Sitti Hidayati. Sedang Hj. Sitti Raihanun menikah dengan Drs. H.L.G. Wiresentane Bonjeruk dan mendapat 7 orang putra-putri, yakni (1) TGH. L.G.Muhammad Wirasakti Amir Murni, MA; (2) Lale Lasmining Puji Jagat, S.Ag; (3) Lale Yaquttunanfis, S.Sos.; (4) Lalu G. Syamsul Mujahidin, SE.; (5) RTGB. L.G. Muhammad Zainuddin Atsany, Lc.; (6) Lale Syifa’un Nufus, S.Far; dan (7) H.L.G.Muh. Khairul Fatihin. Setelah Drs. H. L.G. Wiresentane wafat beliau menikah laagi pada tahun 1999 dengan Drs. H. Abdul Hayyi Nu’man tetapi tidak dikarunia keturunan.

Oragisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang di Indonesia eksistensinya diakui oleh konstitusi. Pengakuan tersebut harus tetap di pertahankan oleh setiap organisasi kemasyarakatan dengan mengikuti ketentuan-ketentuan konstitusi dan peraturan perundang-undangan ynag berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Nahdlatul Wathan sebagia organisai kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang pendidikan, sosial, dan dakwah Islamiyah dan beraqidahkan Islam Ahlussunnah wal Jama’ah ala Madzhabil Imamisy Syafi’i r.a terus dan tetap eksis di bumi pancasila ini. Hal ini menunjukkan bahwa Nahdaltul Wahthan sebagai organisai islam yang selalu memperjuangkan tegaknya aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah diterima oleh masyarakat islam negeri ini yang mayoritas bermahzhab Syafi’i.

0 Response to "Riwayat Ummi Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel