Riwayat Ummi Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid
Sunday, November 12, 2017
Add Comment
Ummi Hj. Sitti Raihanun Zainuddin
Abdul Madjid tidak banyak dikenal oleh
halayak. Belaiu dikenal sebagai putri Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid. Ulama karismatik kelahiran Lombok, pendiri Nahdlatul Wathan dan
namanya sangat harus di Tanah Sici Makkah karena prestasinya saat menjadi
santri di Madrasah Sholatiyah Makkah al-Mukarromah. Banyak orang NW tidak
mengenal umi karena beliau tidak pernah muncul di publik. Bila ada acara-acara
besar di Nahdlatul Wathan umi tidak pernah menampilkan diri.
Umi menjadi fenomenal setelah
terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus
Besar Nahdlatul Wathan pada Muktamar ke-10 di Praya Lombok Tengah pada tahun
1998. Kemunculan Umi sebagai Ketua Umum PBNW tidak pernah dipredikasi banyak
orang. Di samping itu, kehadiranya sebagai Ketua Umum PBNW ditolak oleh
Saudaranya sendiri Hj Siti Rauhun dan sebagian besar misan-misannya. Kehadiran
Umi, sebagai Ketua Umum PBNW ini juga membuat dialisme kepemipinan di NW,
jamaah NW menjadi terbelah tiga, yakni mendukung Umi, menolak Umi, dan netral.
Banyak peristiwa terjadi dalam kepemimpinan Umi sebagai Ketua Umum PBNW. Untuk
itu, agar peristiwa-peritiwa tersebut
bias direkam sekaligus menjadi niktibar bagi generasi Nahdlatul Wathan pada
masa yang akan datang dipandang perlu untuk menulis buku biografi Umi.
Maulansyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul
Majid dilahirkan di Kampung Bermi Pancor Lombok Timur pada tanggal 17 Rabi’ul
Awal 1316 H (1898 M). Nama kecil beliau Muhammad Saggaf. Nama tersebut
diberikan oleh ayah beliau sendiri, yaitu Tuan Guru Haji Abdul Madjid dengan
latar belakang bahwa 3 (tiga) hari sebelum beliau dilahirkan TGH. Abdul madjid
didatangi oleh duan orang waliyullah masing-masing dari Hadlramaut dan Magrabi.
Kedua waliyullah itu secara kebetulan mempunyai nama yang sama, yakni “Saggaf”.
Kedua wali itu berpesan kepada TGH. Abdul Madjid bahwa anaknya yang akan lahir
itu supaya diberi nama “Saggaf” yang artinya” tukang memperbaiki atap “. Kata
“Saqqaf” diindonesiakan menjadi “Saggaf” dan untuk dialek bahasa sasak menjadi
“Segep” dan masa kecilnya beliau sering dipanggil dengan “Gep.”
Setelah menyelesaikan pendidikan di Madrasah
Sholatiyah, beliau mengaji pada ulama-ulama besar yang membuka khalakah di
Masjidil Haram. Setelah didesak oleh guru-guru beliau di Madrasah Sholatiyah
maka beliau kembali ke Lombok merintis perjuangan.
Setiba di daerah kelahiran beliau dipanggil
oleh masyarakat Lombok dengan Tuan Guru Bajang (Kiyai Muda), yang pada tahap
selanjutnya beliau juga di panggil dengan Tuan Guru Pancor; Maulana Syaikh;
Dato’ Pancor; Abu Rauhun Wa Raihanun, dan Abul Madaris wal Masajid. Kegiatan
awal yang dilakukan oleh beliau adalah mendirikan Pondok Pesantren Al-Mujahidin
Pancor pada tahun 1934, dilanjutkan dengan mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan
Diniyah Islamiyah pada tahun 1937,
mendirikan Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) pada tahun 1943,
dan mendirikan Organisasi Nahdlatul Wathan pada tahun 1953.
Sebagai manusia biasa, Maulana Syaikh menikah
dengan……………. Dalam perkawinan tersebut Maulana Syaik hanya mendapat dua orang
putri, yakni Hj Sitti Rauhun dari istri beliau Hj. Sitti Johariyah dan Hj.
Sitti Raihanu dari istri beliau Hj. Rahmah. Itulah sebabnya beliau juga
dipanggil dengan Abu Rauhun wa Raihanun (Bapak Rauhun dan Raihanun).
Kedua putri beliau, sama-sama menikah dua kali,
yakni Hj. Sitti Rauhun menikah dengan H. Jalaluddin, S.H. dan mendapat 5 orang
putra-putri, yakni (1) ir. Hj. Sitti Rahmi
Jalilah, M.Pd; (2) H.M. Syamsul
Lutfi, S.E.,M.Si.; (3) Dr. TGH. Zainul Madjdi, MA.; (4) Jamaluddin, MA; dan (5) Sitti Soraya. Karena satu dan lain
hal beliau bercerai dan menikah kembali dengan Drs. H. M. Syubli dan mendapat
seorang putri, yakni Sitti Hidayati. Sedang Hj. Sitti Raihanun menikah dengan Drs.
H.L.G. Wiresentane Bonjeruk dan mendapat 7 orang putra-putri, yakni (1) TGH.
L.G.Muhammad Wirasakti Amir Murni, MA; (2) Lale Lasmining Puji Jagat, S.Ag; (3)
Lale Yaquttunanfis, S.Sos.; (4) Lalu G. Syamsul Mujahidin, SE.; (5) RTGB. L.G.
Muhammad Zainuddin Atsany, Lc.; (6) Lale Syifa’un Nufus, S.Far; dan (7)
H.L.G.Muh. Khairul Fatihin. Setelah Drs. H. L.G. Wiresentane wafat beliau
menikah laagi pada tahun 1999 dengan Drs. H. Abdul Hayyi Nu’man tetapi tidak
dikarunia keturunan.
Oragisasi kemasyarakatan yang
tumbuh dan berkembang di Indonesia eksistensinya diakui oleh konstitusi.
Pengakuan tersebut harus tetap di pertahankan oleh setiap organisasi
kemasyarakatan dengan mengikuti ketentuan-ketentuan konstitusi dan peraturan
perundang-undangan ynag berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Nahdlatul Wathan sebagia
organisai kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang pendidikan, sosial, dan
dakwah Islamiyah dan beraqidahkan Islam Ahlussunnah wal Jama’ah ala Madzhabil
Imamisy Syafi’i r.a terus dan tetap eksis di bumi pancasila ini. Hal ini menunjukkan
bahwa Nahdaltul Wahthan sebagai organisai islam yang selalu memperjuangkan
tegaknya aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah diterima oleh masyarakat islam negeri
ini yang mayoritas bermahzhab Syafi’i.
0 Response to "Riwayat Ummi Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid "
Post a Comment