PONTREN CENDEKIA NW KE NEGERI SAKURA
Sunday, October 29, 2017
Add Comment
PONTREN CENDEKIA NW KE NEGERI SAKURA
Sejak tahun 2004 Pusat
Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta bekerjasama dengan Kedutaan Besar Jepang di Indonesia
mengirim Pinpinan P{ondok Pesantren Indonesia untuk studi banding ke Jepang
atas biaya dari Pemerintah Jepang.
Program ini bertujuan untuk menjaln hubungan yang lebih erat antara
Negera Jepang dengan Republik Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia. Di sisi yang lain Negera Jepang adalah
sebagain besar masyarakatnya menganut
agama Budha. Di samping itu, Jepang adalah negara maju padahal miskin sumber
daya alam. Mengapa menajdi negara maju karena Jepang sangat mengutamakan
kualitas sumber daya manusia. Dengan SDM yang berkualitas maka pontensi sumber
daya lam yang kurang akan tertopang. Kata kuncinya Jepang sangat mengutanakan
dunia pendidikan. Untuk itu, kehadiran Pimpinna Pesantren Indonesia di Jepang
untuk melihat secara langsung aktivitas pendidikan, aktivitas keagamaan, pelestarian
budaya/tradisi, pemamfaatan/pelestarian alam dan lain-lain.
Indoniosia sebagai negera
Muslim terbesar di dunia maka sangtalah wajar bila keberadaan pondok pesantren sangat
penting untuk meregenerasikan nilai-nilai Islam kepada umat. Jumlah pondok pesantren
di Inonersisa sangatlah banyak. Data terbaru dari Kementerian Agama sekitar 30
ribuan. Sementara anggaran yang tersedia untuk program ini setiap tahun hanya
untuk mengirim sekitar 8 – 12 orang pimpinan pondok pesantren. Mengingat kuantitas pesantren yang sangat
banyak dengan berbagai dinamikanya serta
terbatasnya anggaran yang disediakan maka pesantren terpilih harus memiliki
kekhasan/keunggulan yang membendakannya dengan pesantren lain pada umumnya.
Dalam 13 angkatan pesantren
terpilih hanya berasalah dari Pulau Jawa, Sumatera, Kalalimatan, dan Sulawesi.
Tahun 2017, angkatan ke-14 telah terpilih 2 buah pondok peasantren dari Nusa
Tenggara, yakni Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni Nahdlatul Wathan
Aiklomak Aikmel yang didrikan oleh Dr.H.M. Mugni Sn.,M.Pd.,M.Kom. dan Pondok
Pesantren Moderent Internasional Dea
Malela Sumbawa Besar yang didirikan oleh Prof.Dr.H.Din Syamsuddin. Keunggulan/kekhahasan Pondok Pesantren Dea
Malela Sumbawa Besar adalah 24 orang santrinya berasal dari luar negeri, yakni
Thailan, Pilipina, Rusia, Kamboja, dan Veitnam. Sementara keunggulan/kekhasan
Ponten Cendekia DLM NW Aiklomak adalah pontensi alam, pelesterian budaya lokal,
dan maksimalisasi potensi lahan. Kalau menggunakan bahasa Arab/bahasa
Inggris/kajian kitab kuning itu bukan keunggulan kartena sudah terlalu banyak pesantren
yang mleksanakan program seperti itu. Tetapi Pesantren yang menggunakan bahasa
Arab/bahasa Inggris serta memiliki keungggulkan/kekhasan lain mendapatkan nilai
yang lebih dalam surve. Cendekia dan Dea Malela merupakan pondok pesantren di
Nusa Tenggara yang menggunakan bahasa Arab/bahasa Inggris sebagtai media
komunikasi para santrinya.
Menurut Penjelasan Dr.H.M.
Mugni–Mudir Cendekia bahwa adapun proses untuk menjadi yang terpilih adalah
adanya rekomendasi dari dosen UIN Jakarta, Profil pondok pesantren dan curiculum vite pimpinan pesantrean. Setelah 2 hal ini dianalisis oleh tim PPIM dan
Kedutaan Jepang maka bila dianggap layak
Tim dari PPIM dan Keduataan Besar Jepaang di Indonesia akan mengadakan surve ke
pondok pesantren bersangkutan. Pondok Pesantren Cendekia DLM NW disurve pada
hari Selasa, 22 Agustus 2017. Tanggal 6 September 2017 keluarlah permakluman pesantren
terpilih 2017 sebanyak 9 (sembilan) pesaantren yakni, (1) PP Al-Hidayah Salaman
Magelang Jawa Tengah; (2) PP Moderen Internasional Dea Malela Sumbawa Besar
NTB; (3) PP Al-Islam Solokuro Lamongan
Jawa Timur; (4) PP Al-Manar Azhari Limo Depaok Jawa Barat; (5) PP Teremas Pacitan Jawa Timur; (6) PP Ar-Rahman Plaju Darat Palembang Sumatera Selatan;
(7) PP Madrasah Wathoniyah Islamiyah
Kebarongan Kemrajen Banyumas Jawa Tengah; (8) PP Cendekia Darul Lutviyah Murni
NW Aiklomak Lombok Timur NTB; dan (9) PP
Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya Jawa Barat.
Untuk tahun 2017 ini kegiatan
tersebut berlangung pada tanggal 1 – 12 Oktober 2017. Peserta berkumpul di
Kedutaan Jepang di Jakarta tanggal 1
Oktober untuk orientasi tentang hal-hal yang akan dilakukan selama di Jepang.
Selama di Jepang peserta akan berkunjung ke 5 kota besar, yakni Tokyo, Kobe,
Hirosima, Kyoto, dan Osaka. Tanggal 2
Oktober peserta diberangkatkan ke Jepang melalui Bandara Sukartno Hatta menuju
Bandar Udara Internasional Narita Tokyo. Perjalan ke Jepang selama 7 jam di
dalam pesawat. Waktu di Jepang sama dengan Indonesia Timur.
Kegiatan di selama di
Jepang yakni berkunjung ke sekolah dan
perguruan tinggi, yakni ke SMP Swasta,
SMAN dan SMKN serta Universitas Bahasa
Asing. Dialog Lintas Agama dengan Biksu Besar dan Biksu Muda Budha Jepang.
Dialog dengan korban bom Hirosima, Dialog dengan guru/dosen dan siswa/mahasiswa
pada sekolah/perguruan tinggi yang dikunungi. Bertemu dengan Ketua Masyarakat
Muslim Jepang di Masjid Kobe bersama Pengurus Persatuan Pelajar Indonesia
Jepang. Bermalam di rumah keluarga Jepang,
Dan, berkunjung ke obyek –obyek wisata/budaya Jepang. Lebih kanjut alumni
program Doktor Universiats Negeri Jakata ini menyimpulkan bahwa nilai penting
yang dapat di petik dari Jepang antara
lain: Jepang sangat menghargai pendidikana, Jepang sangat bersiah, Jepang sangat bersahabat dengan alam. Jepang sangat
meghargai karya para pendahulunya. Jepang sangat menghargai budayanya. Jepang
sangat disiplin. Jepang bekerja dengan ilmu. Tidak ada sampah yang berserakan.
Tidak ada orang ngobrol sambil jalan. Tidak ada orang saling tegus di jalan.
Tidak ada istilah terlambat. Tidak ada istilah molor. Semua tanah kosong
rindang dengan pepohon. Bukit/gunung semua rindang dengan pohon bukan dengan
rumput kayak di kita. Semua halaman rumah tertanmi pohon/pot bunga. Tidak ada sepeda motor berkeliaran. Hampir semua
orang Jepang jalan kaki menuju kantor/tempat kerja dari stasiun kereta api
bawah tanah. Tidak ada siswa yang nakal karena mereka sadar sekolah untuk
menjadi orang baik dan pinter. Tidak ada anak sekolah yang memakai sepatu/ket
ke ruang kelas. Sepatu dipakai bila bermain di lapangan sekolah. Untuk itu
sekolah Jepang sangat bersiah. Anak-anak sekolah wajib membersihkan/mengepel
ruang kelas dan lingkunagn sekolah
sebelum pulang. Jam sekolah di Jepang dari jam 8.00 – 16.00. Anak sekolah makan
siang di sekolah. Kegiatan ektrakurikuler tidak boleh mengganggu jam pelajaran
dan dilaksanakan setelah jam sekolah, yakni pukul 16.00 – 20,00. Setiap angkatan setiap tahun wajib stady tour/studi
banding dan biayanya dari tabungan
siswa. Tidak ada anak sekolah memkai sepeda motor. Semuanya berjalan kaki ke
sekolah dari rumahnya atau dari stasiun/terminal bis. Pesantren yang terpilih dalam program ini akan mendapatkan
bantuan program dari Pemerintah Jepang
bila nilai-nilai baik yang diperoleh dari Jepang dapat diaplikasikan
dalam pengembangan pesantren. Mudir Cendekia mengakhiri ceritanya dengan
mengatakan, “ mengabdi di pesantren tidak melihat/memegang materi tetapi dapat menikmatinya. Ikhlas :
.bekerja dengan tidak mengggunakan teori matematika dalam perolehan imbalan”i.
0 Response to "PONTREN CENDEKIA NW KE NEGERI SAKURA"
Post a Comment