PONTREN CENDEKIA NW KE NEGERI SAKURA


PONTREN CENDEKIA NW KE NEGERI SAKURA


Sejak tahun 2004 Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta bekerjasama dengan Kedutaan Besar Jepang di Indonesia mengirim Pinpinan P{ondok Pesantren Indonesia untuk studi banding ke Jepang atas biaya dari Pemerintah Jepang.  Program ini bertujuan untuk menjaln hubungan yang lebih erat antara Negera Jepang dengan Republik Indonesia  sebagai negara Muslim terbesar di dunia.  Di sisi yang lain Negera Jepang adalah sebagain besar  masyarakatnya menganut agama Budha. Di samping itu, Jepang adalah negara maju padahal miskin sumber daya alam. Mengapa menajdi negara maju karena Jepang sangat mengutamakan kualitas sumber daya manusia. Dengan SDM yang berkualitas maka pontensi sumber daya lam yang kurang akan tertopang. Kata kuncinya Jepang sangat mengutanakan dunia pendidikan. Untuk itu, kehadiran Pimpinna Pesantren Indonesia di Jepang untuk melihat secara langsung aktivitas pendidikan, aktivitas keagamaan, pelestarian budaya/tradisi, pemamfaatan/pelestarian alam dan lain-lain.
Indoniosia sebagai negera Muslim terbesar di dunia maka sangtalah wajar bila keberadaan pondok pesantren sangat penting untuk meregenerasikan nilai-nilai Islam kepada umat. Jumlah pondok pesantren di Inonersisa sangatlah banyak. Data terbaru dari Kementerian Agama sekitar 30 ribuan. Sementara anggaran yang tersedia untuk program ini setiap tahun hanya untuk mengirim sekitar 8 – 12 orang pimpinan pondok pesantren.  Mengingat kuantitas pesantren yang sangat banyak dengan berbagai dinamikanya  serta terbatasnya anggaran yang disediakan maka pesantren terpilih harus memiliki kekhasan/keunggulan yang membendakannya dengan pesantren lain pada umumnya.

Dalam 13 angkatan pesantren terpilih hanya berasalah dari Pulau Jawa, Sumatera, Kalalimatan, dan Sulawesi. Tahun 2017, angkatan ke-14 telah terpilih 2 buah pondok peasantren dari Nusa Tenggara, yakni Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni Nahdlatul Wathan Aiklomak Aikmel yang didrikan oleh Dr.H.M. Mugni Sn.,M.Pd.,M.Kom. dan Pondok Pesantren  Moderent Internasional Dea Malela Sumbawa Besar yang didirikan oleh Prof.Dr.H.Din Syamsuddin.  Keunggulan/kekhahasan Pondok Pesantren Dea Malela Sumbawa Besar adalah 24 orang santrinya berasal dari luar negeri, yakni Thailan, Pilipina, Rusia, Kamboja, dan Veitnam. Sementara keunggulan/kekhasan Ponten Cendekia DLM NW Aiklomak adalah pontensi alam, pelesterian budaya lokal, dan maksimalisasi potensi lahan. Kalau menggunakan bahasa Arab/bahasa Inggris/kajian kitab kuning itu bukan keunggulan kartena sudah terlalu banyak pesantren yang mleksanakan program seperti itu. Tetapi Pesantren yang menggunakan bahasa Arab/bahasa Inggris serta memiliki keungggulkan/kekhasan lain mendapatkan nilai yang lebih dalam surve. Cendekia dan Dea Malela merupakan pondok pesantren di Nusa Tenggara yang menggunakan bahasa Arab/bahasa Inggris sebagtai media komunikasi para santrinya.
Menurut Penjelasan Dr.H.M. Mugni–Mudir Cendekia bahwa adapun proses untuk menjadi yang terpilih adalah adanya rekomendasi dari dosen UIN Jakarta, Profil pondok pesantren dan curiculum  vite pimpinan pesantrean. Setelah  2 hal ini dianalisis oleh tim PPIM dan Kedutaan Jepang maka  bila dianggap layak Tim dari PPIM dan Keduataan Besar Jepaang di Indonesia akan mengadakan surve ke pondok pesantren bersangkutan. Pondok Pesantren Cendekia DLM NW disurve pada hari Selasa, 22 Agustus 2017. Tanggal 6 September 2017 keluarlah permakluman pesantren terpilih  2017 sebanyak 9 (sembilan)  pesaantren yakni, (1) PP Al-Hidayah Salaman Magelang Jawa Tengah; (2) PP Moderen Internasional Dea Malela Sumbawa Besar NTB; (3)  PP Al-Islam Solokuro Lamongan Jawa Timur; (4) PP Al-Manar Azhari Limo Depaok Jawa Barat; (5)  PP Teremas Pacitan  Jawa Timur; (6) PP Ar-Rahman  Plaju Darat Palembang Sumatera Selatan; (7)  PP Madrasah Wathoniyah Islamiyah Kebarongan Kemrajen Banyumas Jawa Tengah; (8) PP Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Aiklomak Lombok Timur NTB;  dan (9) PP Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya Jawa Barat.
Untuk tahun 2017 ini kegiatan tersebut berlangung pada tanggal 1 – 12 Oktober 2017. Peserta berkumpul di Kedutaan Jepang di Jakarta  tanggal 1 Oktober untuk orientasi tentang hal-hal yang akan dilakukan selama di Jepang. Selama di Jepang peserta akan berkunjung ke 5 kota besar, yakni Tokyo, Kobe, Hirosima, Kyoto, dan Osaka.  Tanggal 2 Oktober peserta diberangkatkan ke Jepang melalui Bandara Sukartno Hatta menuju Bandar Udara Internasional Narita Tokyo. Perjalan ke Jepang selama 7 jam di dalam pesawat. Waktu di Jepang sama dengan Indonesia Timur.

Kegiatan di selama di Jepang  yakni berkunjung ke sekolah dan perguruan tinggi, yakni  ke SMP Swasta, SMAN  dan SMKN serta Universitas Bahasa Asing. Dialog Lintas Agama dengan Biksu Besar dan Biksu Muda Budha Jepang. Dialog dengan korban bom Hirosima, Dialog dengan guru/dosen dan siswa/mahasiswa pada sekolah/perguruan tinggi yang dikunungi. Bertemu dengan Ketua Masyarakat Muslim Jepang di Masjid Kobe bersama Pengurus Persatuan Pelajar Indonesia Jepang.  Bermalam di rumah keluarga Jepang, Dan, berkunjung ke obyek –obyek wisata/budaya Jepang. Lebih kanjut alumni program Doktor Universiats Negeri Jakata ini menyimpulkan bahwa nilai penting yang dapat  di petik dari Jepang antara lain: Jepang sangat menghargai pendidikana, Jepang sangat bersiah, Jepang  sangat bersahabat dengan alam. Jepang sangat meghargai karya para  pendahulunya.  Jepang sangat menghargai budayanya. Jepang sangat disiplin. Jepang bekerja dengan ilmu. Tidak ada sampah yang berserakan. Tidak ada orang ngobrol sambil jalan. Tidak ada orang saling tegus di jalan. Tidak ada istilah terlambat. Tidak ada istilah molor. Semua tanah kosong rindang dengan pepohon. Bukit/gunung semua rindang dengan pohon bukan dengan rumput kayak di kita. Semua halaman rumah tertanmi pohon/pot bunga.  Tidak ada sepeda motor berkeliaran. Hampir semua orang Jepang jalan kaki menuju kantor/tempat kerja dari stasiun kereta api bawah tanah. Tidak ada siswa yang nakal karena mereka sadar sekolah untuk menjadi orang baik dan pinter. Tidak ada anak sekolah yang memakai sepatu/ket ke ruang kelas. Sepatu dipakai bila bermain di lapangan sekolah. Untuk itu sekolah Jepang sangat bersiah. Anak-anak sekolah wajib membersihkan/mengepel ruang kelas dan lingkunagn  sekolah sebelum pulang. Jam sekolah di Jepang dari jam 8.00 – 16.00. Anak sekolah makan siang di sekolah. Kegiatan ektrakurikuler tidak boleh mengganggu jam pelajaran dan dilaksanakan setelah jam sekolah, yakni pukul 16.00 – 20,00.  Setiap angkatan setiap tahun wajib stady tour/studi banding  dan biayanya dari tabungan siswa. Tidak ada anak sekolah memkai sepeda motor. Semuanya berjalan kaki ke sekolah dari rumahnya atau dari stasiun/terminal bis. Pesantren yang  terpilih dalam program ini akan mendapatkan bantuan program dari Pemerintah Jepang  bila nilai-nilai baik yang diperoleh dari Jepang dapat diaplikasikan dalam pengembangan pesantren. Mudir Cendekia mengakhiri ceritanya dengan mengatakan, “ mengabdi di pesantren tidak melihat/memegang  materi tetapi dapat menikmatinya. Ikhlas : .bekerja dengan tidak mengggunakan teori matematika dalam perolehan imbalan”i.








0 Response to "PONTREN CENDEKIA NW KE NEGERI SAKURA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel