NTB 2018 : POLITISI atau AKADEMISI
Tuesday, January 9, 2018
2 Comments
NTB 2018 : POLITISI
atau AKADEMISI
Oleh : Mugni Sn.
(M.Pd.,M.Kom.,Dr.)
(Ketua ICMI
Orda Lotim / Mudir
Pontren Cendekia NW Aikmel)
Putaran
pertama Pilkada serentak di Nusa Tenggara Barat tahun 2015 berlangsung dengan
sukses. Kesuksesan ini ditandai dengan tidak ada sama sekali gejolak sosial
sebagai akses dari Pilkada. Sekailpun ada gugutan dari calon yang terpental
tetapi pada akhirnya pemilik suara terbanyak pertama tetap dilantik menjadi
penguasa pada kabupaten/kota di NTB.
Pada
tahun 2015, Pilkada serentak berlangsung di KLU, Kota Mataram, Lombok Tengah,
Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, dan Kabupaten Bima. Seluruh peraih suara
terbanyak pada perhitungan KPU melenggang dilantik menjadi Bupati/Walikota pada
kabupaten/kota yang menyelenggarakan Pilkada. Bila dianalisis profil para
kandidata yang menang dalam Pilkada tersebut sebagaian besar adalah politisi.
KLU dimenagkan oleh pasangan Dr.H.Najmul Akhyar. Bupati terpilih ini sebelumnya
adalah praktisi Partai Persatuan Pembangunan lalu hijrah ke PKS. Sebelum
menjadi wakil bupati KLU beliau adalah anggota DPRD Lombok Barat dalam beberapa
periode. Lalu Kota Mataram dimenangkan oleh pasangan H. Ahhyar Abduh. Beliau
adalah praktisi partai Golkar dan Ketua DPD Golkar Kota Mataram. Lombok Tengah
dimenagkan oleh H.M. Suhaeli FT. Beliau adalah paraktisi Partai Golkar dan
Ketua DPD Golkar Lombok Tengah. Bahkan beliau pernah menjadi Ketua DPRD NTB
dari Fraksi Partai Golkar. Sumbawa Barat dimenangkan oleh pasangan
W.Musyafirin. Beliau ini yang beda karena bukan dari politisi tetapi pasangannya yang
politisi. Beliau adalah birokrat karier
yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sumbawa
Barat. Sekda dalah jabatan karier tertinggi bagi seorang ASN (PNS) di daerah.
Kabupaten
Sumbawa dimenangkan oleh pasangan Husni Jibril. Beliau adalah praktisi PDIP.
Beliau berkali-kali menjadi anggota DPRD dari PDIP. Bahkan saat pencalonan
beliau adalah anggota DPRD NTB dari Fraksi PDIP dan Sekretaris DPD PDIP NTB.
Kabupaten Dompu dimenagkan oleh pasangan H. Bambang Yasin. Beliau ini juga
bukan politisi tetapi berlatar belakang pengusaha. Dan, Kabupaten Bima
dimenangkan oleh pasangan Dea Indah. Beliau adalah politisi Partai Golkar dan
pernah menjadi Ketua DPRD Kabupaten Bima dari Fraksi Partai Golkar dan Ketua DPD
Golkar Kabupaten Bima.
Dari
data-data di atas bahwa dalam Pilkada serentak putaran pertama di NTB dimenangkan sebagian beaar oleh politisi.
Dari 7 daerah yang menyelenggarakan Pilkada, 5 dimenangkan oleh politisi dan
hanya satu daerah oleh birokrat dan satu daerah oleh pengusaha. Yang jadi
pertanyaan lebih lanjut bahwa tidak ada satun yang dimengakan oleh akademisi.
Apakah akademisi tidak ada yang mencalonkan diri atau ada tepai tidak terplih.
Atau jadi calon saja tidak dapat karena tidak ada partai politik yang menjadi
kendaranya. Barang kali tidak mampu membayar mahar atau akademisi memang tidak
ada yang berminat. Dalam termnilogi kehidupan publik akademisi adalah mereka
yang berkiprah di dunia kampus yang dalam istilah populer yang bersangkutan
berprofesi sebagai dosen. Bagaimanakah pada Pilkada serentak putaran kedua yang
juga akan menyasar pemilihan gubernur/wakil gubenrur NTB? Apakah ada akademisi
yang berminat dan diminati oleh partai politik sebagai kendaraan untuk bisa
menjadi calon gubernur NTB 2018.
Dalam
Pilkada sertenak putaran ke-3 secara nasional dan putaran kedua untuk tingkat
NTB pada tahun 2018, pemilihan gubernur/wakil gubenur akan ikut bertarung.
Sejak akhir tahun 2016 sudah banyak para calon kandidat yang memperkenalkan
diri ke masyarakat, baik secara langsung bersilaturrahmi maupun dengan
menampangkan wajahnya pada tempat-tempat strategis. Partai politik pun sudah
ramai di media masa menyodorkan jago-jagonya untuk ditawarkan pada partai lain
untuk disandingkan. Karena secara kuantitatif tidak satu partai pun yang
mendapat kursi di Udayana berhak secara mandiri untuk mencalon pasangan
gubernur dan wakil gubernur karena keterbatasan kursi yang diperolehnya. Sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku bahwa calon gubernur/wakil
gubernur menimal didukung oleh 20 % persen kursi DPRD atau 25 % suara sah dalam
pemilu. Bila untuk NTB dengan jumlah
anggota DPRD 65 orang maka calon gubernur/wagub baru sah menjadi calon bila
telah didukung minimal 13 kursi anggota DPRD. Jalur idependen pun bisa tetapi
kayaknya berat karena harus mengumpulkan 300 rubuan KTP ditambah lagi dengn
proses verifikasi yang sangat ngjelimet yang “sengaja” dibuat oleh politisi Senayan agar partai
mereka semkin berharga tinggi bagi para kandidat. Saat membuat Undang-Undang
memnag teorinya kesepakatan pemerinmtah
dengan DPR RI tetapi kan kata PDIP, “Presiden adalah petugas partai”. So... “selae lima likur” antara Pemerintah
dengan DPR.
Pasca
Reformasi 1998, NTB telah mengadakan pemilihan guberur sebanyak 4 kali. Dua
kali oleh DPRD dan dua kali pemelihan langsung. Gubernur pertama Harun Arrasyid
pilihan DPRD putra daerah pertama yang menjadi gubernur kelahiran Bima. Beliau
adalah birokrat tetapi juga politisi karena warisan Orde Baru. Pada era Orde
Baru bukankah semua pejabat penting negeri ini pasti ikut menjadi pengurus Golkar. Dengan demikian Pak Harun dapat
dikategorikan birokrat politisi. Intuisi politiknya pun terus berkembang karena
pasca gagal menjadi gubernur pada periode kedua pilihan DPRD, beliau mencalonkan
diri sebagai anggota DPD RI dapil NTB dan terpilih. Pasca menjadi anggota DPD,
beliau bergabung dengan Partai Gerindra dan menjadi anggota DPR RI dari Dapil DKI.
Gubernur
ke-2 pasca reformasi pilihan DPRD adalah Lalu Serinate. Lalu Srinate juga birokrat politisi karena beliau adalah
pejabat pada birokrasi NTB. Saat penjadi pejabat dicalonkan menjadi anggota DPRD dari Partai Golkar.
Bahkan saat terpilih menjadi Gubernur
pilihan DPRD beliau adalah anggota DPRD NTB. Untuk itu klaim yang menyatakan Lalu
Srinate sebagai birokrat-politisi tidak terbantahkan.
Pemilihan
gubernur langsung oleh rakyat untuk daerah NTB dimulai pada tahun 2008. Dalam
pemilihan ini keluar sebagai pemenang pasangan TGB-BM. TGB adalah seorang tuan
guru-tokoh agama yang juga politisi. Saat terpilih menjadi gubernur NTB, beliau
adalah anggota DPR RI dari partai Bulan Bintang. Dengan demikian TGB sebagai
gubernur NTB dapat diklaim sebagai agamawan-politisi.
Dari
data-data di atas, gubernur NTB pasca reformasi dimenangkan oleh birokrat-politisi
dan agamawan-politisi. Jadi belum pernah NTB digubernuri oleh akademisi.
Padahal di NTB banyak sekali perguruan tinggi. Data tahun 2016, tidak kurang
dari 56 buah PTS umum dan 21 PTS agama
serta 3 buah PTN umum dan 2 buah PTN agama. Satu PTN umum yang menjadi
kebanggaan masyarakat NTB adalah Universitas Mataram. Unran telah melahirkan
alumni-alumni yang berkiprah di berbagai sektor kehidupan masyarakat NTB.
Bahkan sebagain besar PNS di NTB baik guru mupun non- guru adalah alumni Unram. Untuk itu, akademisi Unran sepetinya perlu
mengambil bagian dalam pertarungan perebutan gubernur/wakli gubernur NTB 2018.
Akademisi
Unram yang akan bertarung tentu bukan
hanya sekedar bertarus sebagai dosen. Tetapi dosen yang telah mengalami proses
birokrasi di kampus. Artinya yang berangkutan telah memegang jabatan di kampus.
Jabatan di kampus antara lain, ketua program studi, wakil dekan, dekan, wakil
rektor, dan rektor serta kepala-kepala unit teknis lainnya. Jabatan-jabatan ini
adalah terkait dengan manajemen dan tidak jauh bedanya dengan manajemen
birokrasi di pemerintahan. Untuk itu, sangat beralasan bila akademisi yang akan
bertarung di Pilkada NTB adalah dosen yang pernah memangku jabatan tertinggi di
kampus, yak.. rektor. Partai-partai perlu melirik. Bukankah selama ini secara
nasional, NTB terus berada pada urutan
ke-2 dari bawah dalam kualitas Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yang indikator
utamanya adalah pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Mengapa ini terjadi?
Mungkin salah satu jawabannya karena visi top leader. Untuk itu, NTB sepertinya perlu digubenuri oleh akademisi
yang paham makna pendidikan dan membangun bidang ekonomi-kesehatan berdasarkan
hasil kajian ilmiah. Sepertinya partai politik dan masyarakat NTB perlu memberi
kesempatan. . Wallahuaklam bissawab.
BINGGUNG TIDAK ADA SALDO DIATM??
ReplyDeletezeusbola SOLUSINYA, BERGABUNG DAN DEPOSIT VIA PULSA , DEPOSIT VIA OVO , DEPOSIT VIA ALL BANK INDONESIA , MKIOS , ALFAMART , INDOMARET , DAN LAINNYA SEKARANG JUGA !
JADIKAN DIRI ANDA SEORANG JUTAWAN BERSAMA AGEN ZEUSBOLA !
RASAKAN DEPOSIT VIA PULSA DAN MENANG CAIRKAN MENJADI UANG ASLI DI ATM !!
BURUANNN DAFTAR DEPOSIT PULSA SEKARANG JUGA !!!
Kunjungi " http://bolazeus.com "
Untuk Informasi Lebih Lanjutnya Bisa Hubungi Kami Di :
Whatsapp : 0813-3355-2228
SMS : 081333552228
LINE : zeusbola
BBM : bolazeus
Dapatkan Bonus Promo Bonus Freechip Sahur Mei 2019 Bersama AGEN http://bolazeus.com/
ReplyDeleteHanya Dengan 1 Userid Sudah Dapat Bermain Berbagai Jenis permainan Yang Tersedia.
Menerima Deposit Via :
• DEPOSIT VIA ALL BANK LOKAL INDONESIA
• DEPOSIT VIA OVO
• DEPOSIT VIA TELKOMSEL
• DEPOSIT VIA XL/AXIS
Jangan Tunggu Lagi, Daftar Sekarang Juga Bersama Agen Resmi Zeusbola Di Indonesia
UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUTNYA HUBUNGI :
Whatsapp : 0813-3355-2228
SMS : 0813-3355-2228
LINE : zeusbola
BBM : bolazeus